Kamis, 31 Maret 2011

Gunung Lawu

     Gunung Lawu (3.265 mdpl) terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung Lawu memiliki tiga puncak yaitu Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah. Puncak tertinggi adalah Puncak Hargo Dumilah.
     Berangkat dari Surabaya pukul 04.00 pagi sampai di sarangan pukul 12.00 siang, dikarenakan salah satu temen saya ada yang sakit jadi ditengah perjalanan kami banyak istirahat. Sampainya di sarangan kami langsung menuju jalur pendakian, tapi sebelumnya kami melapor pada petugas untuk mendaki gunung lawu. Personil kali ini adalah Sadewa, mashari, yoga, tri, dan nazar. Jalur pendakian kami mulai dari Cemorosewu. Pendakian melalui cemorosewu akan melewati 5 pos. Jalur melalui Cemorosewu lebih nge-track. Akan tetapi jika kita lewat jalur ini kita akan sampai puncak lebih cepat daripada lewat jalur Cemorokandang. Pendakian melalui Cemorosewu jalannya cukup tertata dengan baik. Jalannya terbuat dari batu-batuan yang sudah ditata. Jalur dari pos 3 menuju pos 4 berupa tangga yang terbuat dari batu alam. Pos ke4 baru direnovasi,jadi untuk saat ini di pos4 tidak ada bangunan untuk berteduh. Biasanya kita tidak sadar telah sampai di pos 4. Di dekat pos 4 ini kita bisa melihat telaga Sarangan dari kejahuan. Jalur dari pos 4 ke pos 5 sangat nyaman, tidak nge-track seperti jalur yang menuju pos 4. Di pos2 terdapat watu gedhe yang kami namai watu iris(karena seperti di iris).



      Langkah demi langkah kami lalui untuk mencapai puncak Hargo Dumilah. Tiga dari kami adalah pemula, dengan berbekal peralatan seadanya kami berangkat lewat jalur pendakian Cemoro Sewu. sebelumnya kami diberitahu petugas pendakian untuk tidak mengganggu binatang, seperti burung jalak. pendikian terasa lebih berat karena pendakian kami lakukan pada siang hari,,, karena hari mulai gelap kami putuskan untuk membangun tenda untuk istirahat. sebagian dari kami membangun tenda sebagian lagi mencari kayu bakar. Setelah tendanya jadi saatnya untuk mengisi perut yang mulai kedengeran musik keroncongan,,, masak dengan bekal seadanya, dengan kebersamaan dan kelaparan nasi setengah matangpun trasa lezaaatttt..... api unggun disamping tenda menemani tidur kami.





     pukul 01.00 malam kami putuskan untuk melanjutkan pendakian. karena pendakian kami lakukan di malam hari jadi udara yang dingin dengan anginnya yang lumayan kencang tidak begitu terasa di badan kami. Tapi salah satu diantara kami kondisi badannya ada yang kurang VIT, jadi selama pendakian malam terasa mual-mual dan muntah akhirnya kami membuat tenda darurat untuk tempat istirahat. Pemandangan malam ketika pendakian begitu indah. Posisi kita tersasa diatas awan, jadi seperti melihat awan yang ada dibawah kita, membentuk seperti naga yang mengelilingi gunung. bulan dan bintangpun terasa lebih dekat.







     pukul 08.00 pagi kami lanjutkan pendakian menuju puncak Argo Dumilah, pelan tapi pasti akirnya kami sampai di sumber mata air yang dinamakan Sendang Drajat, kamipun mengisi persediaan air minum disana juga terdapat warung yang menyediakan berbagai perbekalan makanan. setelah istirahat sejenak kami lanjutkan pendakian, dari sini jalur pendakian terasa lebih mudah karena jalurnya datar, tpi disini pula mulai turun hujan, walaupun begitu kami tetap melanjutkan pendakian. pukul 12.00 siang kami tiba di Puncak Argo Dumilah dengan Trek menuju puncak berbatu.





"ini adalah video clip kami ketika dipuncak Hargo Dumilah"
      puas dipuncak kami putuskan untuk turun, tapi treknya berbeda yaitu endingnya di Cemoro Kandang (Tawangmangu). karena merasa tertantang jalur turun yang tidak semestinya kami lewati walau harus jatuh bangun, dengan menghiraukan tanda X X yaitu tanda jalur tidak boleh dilewati. Alhamdulillah pukul 17.30 kami tiba di Cemoro Kandang dengan kondisi kaki yang kaku dan sepatu diantara kami yang robek... karna terlalu sore menjelang malam jdi kendaraan umum menuju sarangan tdak ada, jadi kami putuskan menuju Solo di terminal tirtonadi baru setelah itu kami kembali ke Surabaya,,,,,,,,




Rabu, 30 Maret 2011

Green Canyon atau Cukang Taneuh

Green Canyon

Sebuah tempat yang dulu hanya bisa saya lihat di situs Internet,,,,,,
     liburan kali ini tujuannya adalah Pulau Karimunjawa, dengan tidak memperkirakan kondisi cuaca, kami berangkat dari Surabaya ke kota Jepara dengan perjalanan sekitar 8 jam. sampai dikota jepara ternyata kondisi cuaca BURUK, ombak dilaut setinggi 3,5 meter jadi kapal untuk menyebrang ke pulau karimun g' bisa menyebrang........
     kecewa,,,, jElas,,,, akhirnya kami putuskan untuk trip ke pulau panjang wisata lain yg ada d Jepara. ternyata untuk menyebrang ke pulau panjang ombaknya cukup besar sekitar 1 meter, kami tempuh dengan perahu, berharap semoga tidak terjadi apa-apa. Sampai d pulau panjang kami memikirkan tempat wisata apa yg harus kami kunjungi,, "Green Canyon" itulah yg ada d fikiran saya. Perjalanan kami lanjutkan menuju "Green Canyon" yang terdapat d Pangandaran Jawa Barat.




     Tiba di tempat wisata Green Canyon awalnya terlihat biasa saja, tidak ada yg beda dengan tempat wisata yg lainnya. Dengan uang 300rbu kami masuk ke tempat wisata, dengan fasilitas 2 perahu dan 2 guide. personil kali ini Sadewa, Abi, Hab, Zukro, Bang Madid(Al tirtana), Ucok, dan Dwex. 1 perahu maksimal dinaiki 5orang, makanya kami menyewa 2 perahu. dengan perahu kami d bawa menyusuri sungai dengan panorama sekitar yag msih alami.












     Ternyata  setelah 20mnt perahu berhenti karena terhalang oleh bebatuan. dari situlah perjalan yg sebenarnya dimulai. kami harus berenang melawan arus sungai untuk melihat pemandangan yg exotise. semuanya merasa tertantang dan senang akan semua itu. Subhanallah,,, sungguh pemandangan yg bagus, tebing yang tinggi-tinggi dengan air yang turun dari tebing itu menemani perjalan kami. sekali lagi kami tertantang untuk mencoba meloncat dari tebing setinggi 7meter dengan kedalaman air sungai 5 meter,,, satu persatu dari kami meloncat hanya satu dari kami, yaitu Dwex yg g' berani meloncat, ketika melompat turun dan sampai di air yang saya rasakan adalah terasa kesemutan d bagian hehe... pantat saya, Tapi saya Puas.. setelah itu kami putuskan untuk kembali......


Thanks untuk team Petualang kali ini,,,,, teruskanlah Jejak Ini......

Jumat, 25 Maret 2011

Pantai ParangTritis-Yogyakarta

    
     Pantai Parangtritis adalah salah satu pantai yang mesti dikunjungi, bukan cuma karena merupakan pantai yang paling populer di Yogyakarta, tetapi juga memiliki keterkaitan erat dengan beragam objek wisata lainnya, seperti Kraton Yogyakarta, Pantai Parangkusumo dan kawasan Merapi. Pantai yang terletak 27 kilometer dari pusat kota Yogyakarta ini juga merupakan bagian dari kekuasaan Ratu Kidul.

     Penamaan Parangtritis memiliki kesejarahan tersendiri. Konon, seseorang bernama Dipokusumo yang merupakan pelarian dari Kerajaan Majapahit datang ke daerah ini beratus-ratus tahun lalu untuk melakukan semedi. Ketika melihat tetesan-tetesan air yang mengalir dari celah batu karang, ia pun menamai daerah ini menjadi parangtritis, dari kata parang (=batu) dan tumaritis (=tetesan air). Pantai yang terletak di daerah itu pun akhirnya dinamai serupa.

     Pantai Parangtritis merupakan pantai yang penuh mitos, diyakini merupakan perwujudan dari kesatuan trimurti yang terdiri dari Gunung Merapi, Kraton Yogyakarta dan Parangtritis. Pantai ini juga diyakini sebagai tempat bertemunya Panembahan Senopati dengan Sunan Kalijaga sesaat setelah selesai menjalani pertapaan. Dalam pertemuan itu, Senopati diingatkan agar tetap rendah hati sebagai penguasa meskipun memiliki kesaktian.

     Sejumlah pengalaman wisata bisa dirasakan di pantai ini. Menikmati pemandangan alam tentu menjadi yang paling utama. Pesona alam itu bisa diintip dari berbagai lokasi dan cara sehingga pemandangan yang dilihat lebih bervariasi dan anda pun memiliki pengalaman yang berbeda. Bila anda berdiri di tepian pantainya, pesona alam yang tampak adalah pemandangan laut lepas yang maha luas dengan deburan ombak yang keras serta tebing-tebing tinggi di sebelah timurnya.



     Untuk menikmatinya, anda bisa sekedar berjalan dari arah timur ke barat dan memandang ke arah selatan. Selain itu, anda juga bisa menyewa jasa bendi yang akan mengantar anda melewati rute serupa tanpa lelah. Ada pula tawaran menunggang kuda untuk menjelajahi pantai. Biayanya, anda bisa membicarakan dengan para penyewa jasa.

     Usai menikmati pemandangan Parangtritis dari tepian pantai, anda bisa menuju arah Gua Langse untuk
merasakan pengalaman yang berbeda. Di jalan tanah menuju Gua Langse, anda bisa melihat ke arah barat dan menyaksikan keindahan lain Parangtritis.

     Gulungan ombak besar yang menuju tepian pantai akan terlihat berwarna perak karena sinar matahari, dan akan berwarna menyerupai emas bila sinar matahari mulai memerah atau menjelang senja. Pemandangan eksotik ini sempat dinikmati YogYES ketika berkunjung beberapa hari lalu.

     Puas dengan pemandangan alamnya anda bisa  menikmati pengalaman wisata lain dengan menuju tempat-tempat bersejarah yang terdapat di sekitar Pantai Parangtritis. Salah satunya adalah Makam Syeh Bela Belu yang terletak di jalan menuju pantai. Anda bisa naik melalui tangga yang menghubungkan jalan raya dengan bukit tempat makam sakral ini. Umumnya, banyak peziarah datang pada hari Selasa kliwon.

     Selesai mengunjungi makam, anda bisa menantang diri untuk menuju Gua Langse, gua yang harus ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 3 km dan melalui tebing setinggi 400 meter dengan sudut kemiringan hampir 900. Untuk memasuki gua yang juga sering disebut sebagai Gua Ratu Kidul ini, anda harus meminta ijin pada juru kuncinya terlebih dahulu. Menurut salah seorang penjaga Pantai Depok yang di waktu mudanya sering menuruni gua, anda bisa melihat pemandangan laut selatan yang lebih indah begitu berhasil memasuki gua.

     Pada tanggal 5 bulan 5 dalam penanggalan Cina, anda bisa melihat prosesi upacara Peh Cun di Parangtritis. Peh Cun, berasal dari kata peh yang berarti dayung dan cun yang berarti perahu, merupakan bentuk syukur masyarakat Tioghoa kepada Tuhan. Perayaan ini juga bermaksud mengenang Khut Gwan (Qi Yuan), seorang patriot dan sekaligus menteri pada masa kerajaan yang dikenal loyalitasnya pada raja hingga ia difitnah oleh rekannya dan memilih bunuh diri.Perayaan Peh Cun di Parangtritis tergolong unik karena tidak diisi dengan atraksi mendayung perahu berhias naga seperti di tempat lain, tetapi dengan atraksi telur berdiri.

     Atraksi dimulai sekitar pukul 11.00 dan memuncak pada pukul 12.00. Pada tengah hari, menurut kepercayaan, telur bisa berdiri tegak tanpa disangga. Namun, begitu memasuki pukul 13.00, telur akan terjatuh dengan sendirinya dan tak bisa didirikan lagi.

     Untuk mencapai Parangtritis, anda bisa memilih dua rute. Pertama, rute Yogyakarta - Imogiri - Siluk - Parangtritis yang menawarkan pemandangan sungai dan bukit karang. Kedua, melewati rute Yogyakarta - Parangtritis yang bisa ditempuh dengan mdah karena jalan yang relatif baik. Disarankan, anda tidak mengenakan baju berwarna hijau untuk menghormati penduduk setempat yang percaya bahwa baju hijau bisa membawa petaka.